Problem Sistem
Sayangnya seribu sayang, sistem sekuler kapitalisme tidak memiliki konsep kepemimpinan yang lurus dan benar. Politik kekuasaan hanya dimaknai sebagai alat meraih keuntungan materialisme dan sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan. Wajar jika kebijakan penguasa seringkali berselisih dengan kepentingan rakyatnya. Bahkan, mereka tidak takut menjalankan kezaliman dan kedurhakaan hanya demi cuan.
Berbeda halnya dengan sistem kepemimpinan Islam. Paradigma ruhiah yang lekat padanya, membuat para penguasa berhati-hati dalam mengurus dan menjaga rakyatnya. Segala hal yang akan membawa pada keburukan dengan segala daya akan dijauhkan.
Bahkan, segala bentuk kesia-siaan tidak akan diberi tempat dalam kehidupan. Dalam pandangan Islam, generasi umat adalah asset tonggak peradaban. Merekalah penjaga kelangsungan risalah dan pelaksana fungsi kekhalifahan. Oleh karena itu, menjaga mereka menjadi salah satu amanah kepemimpinan dalam Islam.
Sungguh berat posisi kepemimpinan dalam Islam, hingga Rasulullah saw. mencegah salah seorang sahabatnya yang dipandang lemah untuk mengambil amanah kekuasaan. Dalam sebuah riwayat disampaikan,
عن أبي ذرٍ رضي الله عنه، قال: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىَ مَنْكِبِي. ثُمّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرَ إنّكَ ضَعِيفٌ وَإنّهَا أَمَانَةٌ، وَإنّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلاّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقّهَا وَأَدّى الّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
Suatu hari, Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)? Lalu, Rasul memukulkan tangannya di bahuku, dan bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini (yakni kepemimpinan) adalah amanah, ia merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan haknya, sekaligus menunaikannya (dengan sebaik-baiknya).” (HR Muslim).