Memusnahkan Peradaban
Tragedi Kasus Kanjuruhan semestinya cukup untuk menjadi bahan muhasabah bagi masyarakat khusunya di negeri muslim terbesar Indonesia. Nyatanya, ada bahaya besar yang mengancam peradaban di balik industrialisasi perhelatan sepak bola dan bisnis hiburan lain yang lumrah di era sekarang. Bayangkan saja, ratusan juta rakyat, terutama generasi muda terobsesi oleh permainan yang sia-sia. Meski sepak bola adalah bagian dari jenis olahraga, tetapi suporternya sama sekali tidak mendapat manfaat sedikitpun bahkan hanya menguatnya jiwa dan raga.
Tenaga, waktu, pikiran bahkan uang sekalipun, dan segala apapun itu mereka habiskan di stadion-stadion sepak bola. Bahkan, nyawa siap mereka pertaruhkan demi membela klub yang dicintainya inilah potret peradaban sekarang. Mirisnya, negara berdiam diri atas kesesatan yang terjadi pada warganya. Para penguasa bahkan tidak peduli generasi muda menjadi rusak karenanya.
Alangkah negatifnya dampak sekularisme liberalisme pada fitrah manusia. Hingga para penguasa, mengorbankan rakyat, khususnya para pemuda, demi bisnis hiburan yang dipandang punya daya ungkit terhadap perekonomian negara. Lebih tepatnya, pada perekonomian sekelompok pemilik kapital. Di antaranya, ya mereka-mereka juga yang sibuk menggerut keuntungan.
Padahal, negara atau penguasa sejatinya punya tanggung jawab besar menjaga rakyat dari segala hal yang membahayakan. Bukankah fungsi kepemimpinan adalah meriayah dan menjaga rakyatnya, sekaligus memastikan, generasi senantiasa dalam kebaikan atau tidak.
Oleh karena itu, bagaimana mereka mempertanggungjawabkan nyawa rakyat yang hilang sia-sia lantaran kelalaian dalam menjalankan amanah kepemimpinan? Cukupkah dosa ini ditebus hanya dengan meminta maaf? atau cukup memberi santunan alakadarnya?