Scroll keatas untuk lihat konten
GORONTALOHEADLINESKAB GORONTALO

Nelson Jadi Pembicara Pada Muzakarah Ke-VII Ulama Tauhid Shufi se-Asia Tenggara di Aceh Singkil

×

Nelson Jadi Pembicara Pada Muzakarah Ke-VII Ulama Tauhid Shufi se-Asia Tenggara di Aceh Singkil

Sebarkan artikel ini
Nelson Jadi Pembicara Pada Muzakarah Ke-VII Ulama Tauhid Shufi se-Asia Tenggara di Aceh Singkil

LIMBOTO Mediasulutgo.com Muzakarah Ke-VII Ulama Tauhid Shufi se-Asia Tenggara di Kabupaten Aceh Singkil menghadirkan 11 narasumber baik dalam Negeri maupun luar Negeri.Menariknya, kegiatan yang dihadiri ribuan peserta dari luar daerah, di antaranya ulama dari Indonesia dan negara Asia Tenggara tersebut,salah satu Pembicara adalah Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo.Selaku Penasehat MPTTI Indonesia Timur,pada kesempatan tersebut Nelson membawakan materi “Peran Tasawuf Dalam Konteks Pembangunan Ekonomi dan Kemandirian Umat Islam”

Kegiatan berlangsung mulai 10-12 Oktober 2023,dipusatkan di Halaman utama Masjid Nurul Makmur, Pulo Sarok, Singkil dengan mengusung tema” Rekonstruksi Peran Tasawuf dalam Historisitas Peradaban Islam Melayu untuk Kemajuan Indonesia Masa Depan”,

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Dalam paparannya,Nelson mengatakan,Tasawuf diera modern ini,ditempatkan sebagai cara pandang yang logis rasional sesuai dengan nalar-sosiologis. Tasawuf bukan barang mati, sebab tasawuf itu merupakan produk sejarah yang seharusnya dikondisikan sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. “Penghayatan tasawuf bukan untuk diri sendiri, seperti yang kita temui dimasa silam.Tasawuf diera modern adalah alternatif yang mempertemukan jurang kesenjangan antara diemensi ilahiyah dengan dimensi duniawi,”terang Nelson Pomalingo.

Kata Nelson,Banyak orang yang secara normatif (kesalehan individu) telah menjalankan dengan sempurna, tetapi secara empiris (kesalehan sosial) kadang-kadang belum tampak ada.Ia mengatakan,Diera modern secara empiris masih banyak orang yang sangat lemah karena terlalu mementingkan dirinya sendiri yang dengan jelas tidak dibenarkan oleh ajaran tasawuf dengan dalil “Amaluna amalukum”, amalmu untukmu amalku untukku”,

“Ajaran tasawuf adalah pemahaman tentang totalitas kosmis, bumi, langit dan seluruh isi dan potensinya baik yang kasat mata maupun tidak, baik rohaniah maupun jasmaniah, pada dasarnya adalah bagian dari sebuah sistem kosmis tunggal yang saling berkaitan,berpengaruh dan berhubungan. Sehingga manusia harus memeliki keyakinan bahwa totalitas kosmos ini digerakan dari sumber energi tunggal,energi ketuhanan yang manusia punya kewajiban menyerap energi positif itu sekaligus menebarnya sebagai Rahmatan lilaalamiin,”jelas Nelson.

Ia menjelaskan,Dalam Konteks Pembangunan Ekonomi dan Kemandirian Umat Islam peran ajaran tasawuf menjadi salah satu prioritas dalam mengembangkan potensi Ekonomi dan Kemandirian Umat Islam dalam kehidupan di dunia ini. Tata kelola ekonomi,pendidikan, kesehatan, sosial, hukum dan bahkan politik harus secara implementatif diintegrasikan dengan nilai-nilai ajaran tasawuf, sehingga perilaku dalam semua aspek kehidupan akan menjadi nilai ibadah dimata Allah SWT.

Nelson menambahkan,Tasawuf yang dalam perspektif Ulama Sufi Besar Saat ini Abuya Syekh Haji Amran Waly Alkhalidy dikenal dengan istilah Tauhid Tasawuf dan Tauhid Sufi sangatlah relevan untuk menjadi fondasi dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi islam saat ini. Karena Tasawuf dalam perspektif Abuya selain sabagai ikhtiar penjernihan kesalehan spritual yang terbebas dari syirik khafi (Syirik tersembunyi) apalagi syirik jali (Syirik yang nyata) juga sangat mengutamakan kesalehan sosial yang mengarusutamakan nilai-nilai persaudaraan sejati, berjamaah dan toleransi dari setiap golongan yang kedua kekuatan ini (Kesalehan spritual & Kesalehan Sosial) berimplikasi pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang akan semakin meningkat ditopang oleh sumber daya manusia berkualitas dan berkompeten dibidangnya.

“Oleh Karena itu menjadi pejabat publik, ekonom, pendidik, wartawan, pelayan masyarakat, hakim, jaksa, TNI, Polri bahkan menjadi kiai, ustadz, pengusaha dan profesi yang lainnya, mesti memiliki integritas dalam hidupnya berupa ajaran tasawuf yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga cita-cita negara dalam rangka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan semakin progresif serta dalam bernegara akan menjadikan sebuah harapan baldatun thoyyibatun warabun ghofur akan tercapai dengan hasil yang baik dan dalam naungan ridho Allah swt,”tandas Nelson.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *