Faham liberalisme di balik nikah beda agama
Menurut Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Ibrahimy (UNIB) Jawa Timur Prof Muhammad Baharun, bermunculannya kasus pernikahan beda agama tak lepas dari akibat upaya propaganda paham liberalisme.
Pernikahan beda agama justru dapat menimbulkan benturan iman dua agama yang berbeda fondasi keyakinan. “Menurut saya, ini kontraproduktif dengan upaya toleransi dalam kebinekaan,” kata Prof Baharun
Apa itu liberalisme? Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik, liberalisme atau liberal adalah pemahaman terkait kebebasan dan persamaan tiap individu untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dengan ciri kebebasan berpikir.
Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin “Libertas” dan dalam bahasa Inggris “Liberty” yang berarti kebebasan. Paham liberalisme menghendaki kebebasan individu dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama, termasuk kebebasan sebagai warga negara.
Liberalisme telah masuk ke dalam semua kelompok masyarakat manusia. Tidak terkecuali kaum muslimin. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam pun demikian.
Pengaruh liberalisme telah merasuk ke dalam semua lini kehidupan banyak masyarakat kaum muslimin di negeri ini.
Selain faktor internal kaum muslimin yang lemah dari sisi komitmen mereka terhadap agamanya, terutama persoalan yang berkaitan dengan akidah, tersebarnya aliran pemikiran liberalisme tidak lepas dari peran Barat yang sangat giat menyebarkannya melalui kekuatan politik, ekonomi dan teknologi informasi yang mereka miliki. Dan disinyalir, kaum muslimin adalah sasaran utama dari invasi pemikiran ini.
Karena, sebagaimana yang dikatakan oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul “Clash Of Civilization” (Benturan Peradaban), setelah jatuhnya aliran Komunisme, maka tantangan Barat selanjutnya adalah Islam. Menurutnya, “bahaya Islam” lebih berat dari peradaban-peradaban yang lain seperti Cina, Jepang dan negeri-negeri Asia Utara yang lain.