Sayangnya, tidak semua rakyat dapat merasakan harga LPG yang murah. Sejak 27/2/2022, harga gas yang tidak bersubsidi ternyata mengalami kenaikan. Jika harga di lokasi filling plant sekitar Rp187.000—Rp197.000, di luar radius 60 km bisa di atas Rp200.000. Contohnya di wilayah Jawa, harga jual berkisar Rp200.000 (detikfinance.com, 28/02/2022).
Selain itu, bukan tidak mungkin jika akhirnya masyarakat akan beralih ke tabung subsidi. Alasannya, tabung melon ini jauh lebih murah dengan kualitas bahan yang sama. Masalah lain yang berpotensi terjadi adalah kecurangan, yakni LPG diberi campuran bahan lain agar lebih murah atau demi untung semata. Perilaku seperti ini sangat membahayakan rakyat. Alih-alih bisa lebih hemat, malah berisiko meledak
Dampak Terhadap Masyarakat?
Harga minyak dunia yang terus naik menjadi alasan Pemerintah ikut menaikkan harga BBM. Menurut Pemerintah, jika kenaikan BBM tidak dilakukan, hal itu akan memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan asumsi harga minyak dalam APBN sudah sangat jauh dengan harga minyak di lapangan.
Saat ini, harga minyak mentah dunia telah menembus 119 dolar AS per barel. Sedangkan, dalam asumsi APBN 2022, harga minyak dunia ditetapkan hanya sebesar 65 dolar AS per barel.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, batas atas harga jual jenis BBM umum RON 92 pada Maret 2022 sebesar Rp14.526 per liter, bahkan bisa menembus Rp16.000 pada April 2022. Harga tersebut merupakan cerminan dari harga keekonomian BBM RON 92 berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM Umum. Namun hingga saat ini, Pertamina masih menjual harga Pertamax Rp9.000 per liter. (Tirto, 1/4/2022)
Kenaikan BBM jenis Pertamax memang tidak secara langsung berimbas pada kenaikan harga-harga barang yang memerlukan distribusi menggunakan BBM bersubsidi. Namun, tingginya harga Pertamax akan berdampak pada migrasi masyarakat secara kolektif. Masyarakat menengah atas yang semula menggunakan Pertamax bisa beralih ke Pertalite karena harga lebih murah dan disubsidi pemerintah.