Ilusi Demokrasi Akankah Menjadi Solusi?
Oleh : Rostia Mile
Penulis adalah Mahasiswi UNG
OPINI|mediasulutgo.com – KBRN, Badung: Kementerian Luar Negeri RI kembali menyelenggarakan Bali Democracy Forum (BDF). BDF ke-15 mengangkat tema Democracy In A Changing World: Leadership And Solidarity. Forum tahunan ini diharapkan bisa mendorong negara di dunia menerapkan demokrasi dalam situasi saat ini.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan kepemimpinan dan solidaritas berdemokrasi dibutuhkan setiap negara dalam menghadapi tantangan global. Ia mencontohkan penerapan demokrasi saat Presidensi Indonesia di G20 yang terbukti berhasil. Keberhasilan demokrasi juga terlihat dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pengendalian inflasi.
Juga ungkapan dari Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan bahwa arsitektur demokrasi yang lebih kuat sangat diperlukan di kawasan Asia Pasifik untuk mempromosikan keadilan sosial dan ekonomi dalam menghadapi pandemi dan membangun pemulihan yang berkelanjutan . Hal itu ia sampaikan dalam sesi penutupan Bali Democracy Forum ( BDF ) ke – 14 yang berlangsung secara luring dan daring dari Bali , Kamis .
Akan tetapi pada saat itu juga, kamis (8/12/2022) Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengungkapkan bahwa demokrasi tengah mengalami tantangan. Bahkan, beberapa survei menunjukkan bahwa demokrasi mengalami kemunduran. Hal ini diungkapkan Retno Marsudi dalam sambutan pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-15 di Bali. Survei yang dikutip oleh Menlu dari International IDEA dan survei Freedom House. Dari sini bisa dilihat bahwasanya Demokrasi mengalami kemunduran yang berturut-turut.
Bali Democracy forum sudah berlangsung 15 tahun dengan tema berbeda, dan menyoroti praktek demokrasi. Dalam pertemuan tahun ini disampaikan banyak penelitian yang menunjukkan adanya kemunduran demokrasi. Sayangnya masih ada pihak yang percaya bahwa demokrasi menjadi solusi persoalan dunia. Sejatinya itu hanyalah ilusi. Demokrasi tak akan pernah mampu memberikan solusi karena berbagai prinsip demokrasi justru kontradiksi dan gagal mewujudkan dunia yang sejahtera.
Adapun beberapa fakta dari gagalnya kepemimpinan dalam demokrasi ;
Pertama, teori kedaulatan di tangan rakyat. Sejauh ini, apa iya rakyat benar-benar berdaulat atas berjalannya sistem pemerintahan? Kebijakan pemerintahan demokrasi realitasnya lebih banyak mengabaikan aspirasi rakyat. Adapun suara mayoritas yang sering menjadi dalil demokrasi, sejatinya adalah suara mayoritas anggota fraksi partai. Jika wakil rakyat banyak diisi partai pendukung penguasa, bisa dipastikan mereka akan cenderung mengamini setiap kebijakan pemerintahan yang berkuasa. Posisi rakyat tidak lebih sekadar lumbung suara untuk memenangkan mereka yang berkompetisi.
Kedua, demokrasi diklaim sebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Memang, dalam pemilu rakyat memilih secara bebas. Akan tetapi, calon kepala daerah atau legislatif yang berkompetisi sebenarnya bukanlah murni pilihan rakyat, melainkan pilihan parpol. Mereka mengklaim mewakili suara rakyat, faktanya mereka mewakili parpol yang menjadi kendaraan politiknya.
Ketiga, demokrasi menjunjung tinggi empat pilar kebebasan, yaitu beragama, berpendapat, kepemilikan, dan bertingkah laku. Realitasnya, empat pilar kebebasan ini memunculkan masalah lainnya. Kebebasan beragama memicu lahirnya para penista agama, mengembuskan keraguan terhadap agama, dan meremehkan agama dengan bergonta-ganti agama.
Keempat, demokrasi lahir dari sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan yang berimbas pada pemisahan agama dari negara, menyebabkan sistem kehidupan berjalan sangat jauh dari aturan Islam. Generasi makin tidak kenal agama, moralnya rusak, seks bebas merajalela, bahkan perilaku menyimpang semisal elgebete kian mengkhawatirkan. Semuanya terjadi akibat penerapan kehidupan sekuler liberal yang begitu mendewakan kebebasan. Dan masih banyak lagi fakta terkait kegagalan dari kepemimpinan Demokrasi.
Hal ini amatlah aneh ketika demokrasi masih saja dianggap sebagai sistem pemerintahan terbaik hingga kini. Padahal, kecacatan demokrasi sangat tampak dari inkonsistensi teori dan realitas yang terjadi. Demokrasi seperti ilusi. Tidak ada masalah yang benar-benar tuntas dengan menjadikan demokrasi sebagai solusi.
Saatnya kaum muslim memahami sesatnya demokrasi dan mulai berjuang untuk menggantinya dengan sistem Islam. Sistem Islam harus diyakini kebenarannya karena datang dari Allah Dzat yang Maha Benar dan nyata terbukti membawa kebaikan dalam sejarah panjang peradaban Islam yang mulia. Umat harus diajak untuk ikut memperjuangkannya.
Sebagaimana Islam bukan sekadar agama ritual yang mengatur aspek ibadah. Islam adalah sistem kehidupan yang memiliki seperangkat aturan yang terperinci. Perbedaan Islam dengan demokrasi yang sangat kontras ialah kedaulatan di tangan syarak.
Dalam pandangan Islam, hanya Allah Swt. yang layak bertindak sebagai Musyarri’ (Pembuat Hukum). Umat secara keseluruhan tidak berhak membuat hukum, walaupun sekadar satu. Sebagaimana Allah Swt. Berfirman dalam (QS Al-An’am : 57), “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.”.
Sementara itu, makna “kekuasaan ada di tangan umat” adalah umat berhak memilih penguasa agar dapat menegakkan pelaksanaan perintah dan larangan Allah atas hamba-Nya. Penguasa hanyalah pelaksana syariat Islam. Dalam Islam, seorang muslim wajib terikat dengan aturan-Nya. Tidak ada kebebasan mutlak bagi manusia untuk mengatur kehidupan sesuka hatinya. Inilah kontradiksi Islam dan demokrasi.
Umat harus memahami perubahan tidak akan terjadi dalam sistem demokrasi. Berharap perubahan pada demokrasi ibarat ilusi. Berganti banyak model dan sosok pemimpin nyatanya tidak membawa perubahan. Yang berganti hanya orangnya, bukan sistemnya. Itulah sebab permasalahan tidak kunjung mendapat solusi yang pas.
Saat ini, kita butuh perubahan sistem. Indonesia dan dunia butuh sentuhan Islam dalam mengelola negara, bukan sekadar menerapkan Islam secara individual, melainkan komunal dan fundamental.
Jika bukan Islam, adakah sistem lain yang bisa menyelamatkan umat manusia dari kerusakan? Sudah saatnya kaum muslim berjuang menegakkan sistem Islam dengan mendakwahkan Islam sebagai solusi bagi problematik kehidupan.
Wallahu ‘alam Bishowab….