Mainfestasi Naluri Berkasih Sayang Sebenaranya
Padahal dalam islam, dengan sangat jelas Allah telah memberikan ghoriza nawu (naluri berkasih sayang)pada manusia bukan untuk memuaskan nafsu belakamelalui hubungan-hubungan menjijjkan, melainkanuntuk menyalurkan cinta dan kasih sayang kepadakeluarga dan sesama muslim dengan cara semestinya; serta melestarikan keturunan guna melahirkan generasiislam yang gemilang. Seperti inilah cara pandang yang benar mengenai konsep dan penyaluran ghoriza nawu. Dengan konsep yang benar, maka hubungan kasih sayang kepada keluarga akan dibangun secara tepat sesuai perintah Allah. Ayah dan Ibu akan sayang kepadaanaknya karena anak adalah tanggung jawab yang Allah titipkan kepada keduanya untuk di didik menjadi pribadi yang soleh dan sholehah. Alhasil, rasa cinta yang lahiradalah rasa cinta yang di landasi oleh keimanan. Selainitu, keluarga yang di bangun berlandaskan islam akanmelihat hubungan inses sebagai perilaku kejahatan yang di hukumi dosa, sehingga senantiasa menghindari dan melindungi diri dari perilaku tersebut. Namun carapandang ini hanya akan pandang sebagai pandanganpersonal dan tidak berdampak apa-apa jika tidak adasokongan dari negara. Maka perlu ada peran negarauntuk memastikan akhlak setiap individu dan keutuhan keluarga/masyarakat, juga sanksi tegas bagi siapapun yang melanggar syariat.
Pembentukan akhlak dan moral pada setiap individu secara formal harus dimulai sedini mungkin melalui bangku pendidikan. Pendidikan haruslah berlandaskanakidah Islam, menjadikan fokus pembelajaran bukan hanya terbatas pada aspek teori akademik saja, namun juga terkait dengan amal perbuatan—mencakup pendidikan karakter, moral, dan nilai-nilai untuk membentuk generasi ber-syakhshiyah Islam. Islam tidak hanya dipelajari sebagai teori, namun juga di pastikan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, tertanamlah pola pikir untuk selalu terikat dengan syariat karena adanya sebab-akibat atau konsekuensi dari setiapperbuatan yang akan dipertanggung jawabkan di akhiratkelak. Selain itu, dasar iman dan takwa ini juga digunakan untuk membangun setiap hubungan umat, terutama dalam keluarga, Patokan perbuatan dalam keluarga pun berubah, awalnya hanya kepuasaan materi semata, kini menjadi halal haram atau syariat Allah, serta ridha Allah sebagai cita-cita tertinggi yang harus di capai oleh sebuah keluarga.
Tidak tinggal diam, negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan melarang semua upaya yang memicu diskusi seksual dan menimbulkan gejolaksyahwat. Untuk mencegah munculnya budaya permisifdalam masyarakat Islam, segala hal yang bertentangandengan syariat akan dihapus, termasuk konten media yang merusak. Selain itu, masyarakat akan terkondisikan untuk saling menasihati dalam kesabaran dan kebenaran. Ketika terjadi kemaksiatan, aktivitas amar makruf nahimungkar akan nampak jelas dalam masyarakat, sehinggakejahatan inses akan tersingkirkan dengan sendirinya.
Saat aturan islam telah diimplemantasi, namun kasus-kasus pelecehan seksual masih juga bermunculan, maka negara akan memberlakukan sistem sanksi yang tegas bagi pelaku. Salah satu jenis zina yang diakui olehIslam adalah inses. Jika telah menikah, pelakunya akandikenakan hukuman rajam sampai mati, sedangkan jikabelum menikah, pelakunya akan dikenakan cambukseratus kali lipat, atau cambuk. Tegasnya sanksi ini bukan saja untuk menimbulkan efek jera pada pelaku, tapi juga melindungi masyarakat lain agar tidak melakukan hal serupa karena telah melihat betapangerinya hukuman yang diberikan. Dengan demikian, tidak akan ada lagi keluarga-keluarga yang salah kaprah, yang ada hanyalah keluarga yang dilingkupi cinta kasih dan pendidikan yang berlandaskan islam sehingga terwujudlah manifestasi ghoriza nawu yang diridhai oleh Allah.(**)
