Menuhankan Hawa Nafsu
Realita menjijikan ini menunjukkan hilangnya moral pada diri manusia—mahluk paling sempurna yang dikaruniai akal. Ini terjadi akibat pendidikan moral yang tidak lagi di tempatkan di prioritas pertama. Pendidikan moral dan etika yang hanya didapatkan melalui pengajaran agama telah luntur akibat paham sekulerisme—pemisahan agama dari seluruh aspek kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan, bahkan negara. Dalam sistem sekulerisme-kapitalisme, segala aktivitas berorientasi pada kepuasaan materi (jasadiyah) dan meniadakan keberadaan akal sebagai filter setiap perbuatan. Alhasil hubungan pria dan wanita hanyasekedar pemuas hawa nafsu belaka bukan sebagaipelestrian keturunan.
Hal ini tidak mengherankan terjadi di masyarakat, karena cara pandang demikian juga di adopsi olehnegara. Negara yang berasas sekulerisme menganggapbahwa agama adalah urusan masing-masing individu sehingga pemerintah tidak perlu terlalu ikut campur dalam mengatur molaritas rakyatnya. Kalaupun adapendidikan moral dan agama, itu hanya di lakukansekedarnya saja demi menggugurkan kewajiban.. Atas nama kebebasan dan adanya HAM, berbagai bentukkemaksiatan mulai dinormalisasi, bahkan sengaja diciptakan fakta terindra dan pikiran kotor yangmengundang syahwat melalui arus deras pornografi dan di izinkannya konten-konten yang mengumbar aurat.Selain itu tidak adanya penjagaan interaksi menimbukanruang-ruang terjadinya iktilat, seperti diskotik, tempatrekreasi, pusat perbelanjaan, sekolah, dan tempat-tempatumum lainnya. Alhasil, kebiasaan-kebiasaan ini menjadilifestyle baru yang digandrungi. Mereka terlanjur tidak tahu, justru inilah yang menjadi akar terbentuknyapemikiran kotor dan tindakan bejat seperti pada grup Fantasi.
