Scroll keatas untuk lihat konten
HEADLINESNASIONAL

Potret Kebahasaan Pasca Gempa Pada Kain Rentang di Yogyakarta Sebagai Komunikasi Sosial

×

Potret Kebahasaan Pasca Gempa Pada Kain Rentang di Yogyakarta Sebagai Komunikasi Sosial

Sebarkan artikel ini
Potret Kebahasaan Pasca Gempa Pada Kain Rentang di Yogyakarta Sebagai Komunikasi Sosial
Potret Kebahasaan Pasca Gempa Pada Kain Rentang di Yogyakarta Sebagai Komunikasi Sosial

e. Tuturan Memohon
Tindak tutur ‘memohon’ adalah tuturan yang memiliki atau mengandung maksud untuk menyampaikan permohonan.

(27) Ya Allah, Beri kami kekuatan untuk segera membangun.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Tuturan tersebut terjadi pada peristiwa tutur dalam situasi pasca gempa di stadion Kridosono Yogyakarta. Pewicara (tidak eksplisit tertulis) memohon Tuhan Allah untuk memberikan kekuatan kepada hamba-Nya yang terkena musibah gempa. Maksud lengkapnya ialah berikut ini.

“Kami memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat yang setelah terkena gempa agar dapat segera membangun Kota Yogyakarta yang rusak karena gempa.”
Contoh lain ialah sebagai berikut.
(28) Kami tidak butuh ditonton, tapi butuh dibantu. (LSM)

f. Tuturan Menasihati
Tindak tutur ‘menasihati’ adalah tuturan yang memiliki atau mengandung maksud untuk menberikan nasihat.

(29) Dengan sholat dan bersabar kau akan memperoleh kemenangan

Tuturan tersebut terjadi pada peristiwa tutur yang berlokasi di jalan Adi Sucipto km 8, Yogyakarta. Pewicara (atas nama warga Yogya) menasihat mitra wicara (masyarakat yang melewati jalan Adi Sicipto, km 8 dan membaca kain rentang tersebut) untuk selalu melakukan salat dan bersabar. Secara lengkap, tuturan memiliki maksud sebagai berikut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *