GORONTALO, mediasulutgo.com Aktivis mahasiswa sekaligus tokoh pemuda Gorontalo, Sahril Anwar Tialo, melontarkan kritik keras terhadap dugaan plagiarisme dalam desain logo kegiatan Gorontalo Half Marathon, sebuah event olahraga berskala besar yang diselenggarakan di Provinsi Gorontalo.
Dalam pernyataannya kepada media, Senin (14/7/2025), Sahril menyampaikan keprihatinan mendalam atas dugaan penjiplakan desain logo dari karya yang beredar di luar negeri. Menurutnya, persoalan ini bukan hanya menyangkut teknis dan estetika, tetapi menyentuh langsung integritas, etika, dan kehormatan daerah.
“Event sebesar ini seharusnya menjadi panggung untuk memperlihatkan jati diri Gorontalo yang kreatif dan berbudaya. Tapi nyatanya, logo yang digunakan justru diduga hasil plagiat. Ini mencoreng wajah daerah,” tegas Sahril.
Ia menyoroti bahwa Gorontalo memiliki banyak talenta muda di bidang desain dan industri kreatif, yang seharusnya diberdayakan untuk menghasilkan karya orisinal yang membanggakan.
“Kesempatan untuk mengangkat nama daerah disia-siakan oleh pihak-pihak yang justru memilih jalan pintas dan diduga melanggar hukum. Ini jelas mencederai semangat pembangunan berbasis potensi lokal,” tambahnya.
Sahril juga mengingatkan bahwa tindakan plagiarisme merupakan pelanggaran serius sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang dapat berujung pada sanksi pidana maupun gugatan perdata apabila pemilik karya asli mengambil langkah hukum.
Atas dasar itu, ia mendesak agar Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo segera dicopot dari jabatannya.
“Ini bentuk kelalaian, minimnya pengawasan, dan kegagalan menjaga marwah event yang membawa nama pemerintah provinsi. Kadispora harus bertanggung jawab,” tegasnya lagi.
Ia menutup pernyataannya dengan ajakan reflektif agar kasus dugaan plagiarisme ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh pihak.
“Gorontalo tak kekurangan talenta, tapi kita kekurangan penghargaan terhadap karya jujur. Daerah ini tidak boleh dibangun di atas tiruan. Yang kita butuhkan adalah kejujuran, bukan hanya kemeriahan,” pungkas Sahril. (*)