Kaum muslimin khususnya negeri-negeri yang diajak untuk normalisasi baiknya mempertimbangkan dengan cermat kebijakan tersebut. Ratusan nyawa Palestina telah melayang akibat dari serangan senjata Israel. Kebijakan ini tidak sebanding dengan harga nyawa kaum muslim yang lebih berharga dari dunia dan seisinya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai). Jika demikian, maka seharusnya nyawa muslim Palestina tidak mudah dibayar dengan kata normalisasi atau bahkan sekedar mendirikan museum di negeri ini.
Saat ini Uni Emirat Arab sudah menjalin hubungan normalisasi dengan Israel. Uni Emirat Arab, negara pertama yang menormalkan hubungan dengan Israel melalui kesepakatan Abraham Accords pada 30-31 Januari 2020. Tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi target hubungan berikutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, dilansir dari tempo.co 26/1/2022 pihaknya berharap perjanjian Abraham Accords 2020 bukan hanya berhenti di Uni Emirat Arab (UEA) tapi pihaknya menginginkan dapat memperluas jaringan ke Indonesia. Dalam wawancara dengan Radio Angkatan Darat, Yair Lapid mengatakan Israel sedang mencari jalan untuk “memperluas Kesepakatan Abraham ke negara-negara tambahan di luar Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko. Jika Anda bertanya kepada saya negara penting apa yang sedang kita lihat, Indonesia adalah salah satunya, Arab Saudi tentu saja, tetapi hal-hal ini membutuhkan waktu,” katanya.
Arab Saudi memang menjadi negara yang sangat strategis untuk mendulang suara muslim. Sebab Arab Saudi rumah bagi dua tempat paling suci Islam. Lalu Indonesia, keberadaannya sebagai negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Pastinya Israel akan terus berupaya mensyaratkan kemerdekaan Palestina sebagai satu-satunya jalan untuk normalisasi hubungan dengan Israel. Maka Indonesia harus mengambi sikap, bahwa hadirnya Museum Holocaust perlu diwaspadai sebagai jalur normalisasi ini.
Sudarnoto Abdul Hakim dosen Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Jakarta, pihaknya juga mengatakan bahwa keberadaan Museum Holocaust itu akan berpotensi menjadi salah satu pintu yang memungkinkan masuknya gerakan Pro-Zionis Israel di Indonesia, sekaligus meluaskan peluang terjalinnya kembali hubungan diplomatik Indonesia dan Israel yang sejauh ini belum terjalin (republika.co. id).