Momentum HUT Bolmut, “Aku Sudah Remaja Apakah Rakyatku Sudah Sejahtera?”
Oleh: Yai V. Gobel (Mahasiswa Hukum UMGO)
Bolmut, mediasulutgo.com – Pada suatu hari, ada sekumpulan pemuda yang sedang duduk bercerita tentang sebuah daerah. Daerah paling utara di rumpun Mongondow Provinsi Sulawesi Utara.
Kisah daerah itu lebih indah dari film Mahabharata, bagaimana tidak, bertahun-tahun perjuangan memekarkan daerah membuat jiwa ini ingin terbang ke masa mereka.
Tak pernah ada kata mundur bagi mereka, meskipun tetesan keringat sudah tak terhitung jumlahnya dan tak tau lagi bagaimana mengatakan betapa lelahnya raga, karena bagi mereka kesejahteraan daerah dan rakyatnya yang paling utama.
Perjuangan dari nama Binadow hingga menjadi nama Bolaang Mongondow Utara terbungkus dalam sebuah kisah sejarah Bolaang Mongondow Utara.
Kini, pada tanggal 23 Mei 2022, Bolaang Mongondow Utara telah memasuki masa remaja (15 tahun). Sudah 15 tahun lamanya tapi Masih jauh dari kata sejahtera.
Hal itu tak dapat dipungkiri, sebab, keluh kesah masyarakat masih saja terdengar dimana-mana. Dari segi pendidikan, pertanian, hingga kelautan.
Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Bapak pendidikan Indonesia, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Namun sangat disayangkan, filosofi pendidikan menurut Bapak pendidikan Indonesia itu masih jauh dari konsep pendidikan di Bolmong Utara.
Hal itu dibuktikan dengan data-data yang ada, dimana ada seorang anak berinisial PM yang tinggal di Desa Gihang, Kecamatan Kaidipang ini terpaksa terhenti sekolah gara-gara tak mampu membayar uang komite sekolah. Kisahnya terakhir, ia tak diikutkan ujian karena belum menunaikan kewajibannya.
Tidak hanya itu, di bagian barat Bolangitang di Desa Paku Selatan juga memiliki kisah yang serupa. Dimana para siswa MTS Fahrul Khairat yang seharusnya menimpa ilmu pendidikan dengan suasana bahagia sesuai kata-kata Bapak Pendidikan Indonesia justru terganggu dikarenakan kondisi sekolah yang jauh dari kata layak untuk mereka. Dinding yang penuh celah, lantai masih berupa tanah hingga jalan menuju sekolah layaknya jalan perkebunan warga.
Karena keadaan itu, pada akhirnya, anak-anak yang putus sekolah di Bolmong Utara makin bertambah. Catatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bolmong Utara, ada sebanyak 3.522 anak tidak sekolah dan masyarakat putus sekolah hingga akhir tahun 2018. Belum diketahui hingga pertengahan 2022 ini. Mudah-mudahan saja tidak terus bertambah.
Tidak hanya tentang fasilitas Sekolah dari Dasar, Menengah Pertama dan Kedua, tetapi sudah 15 tahun lamanya daerah ini masih saja belum ada Universitasnya.
Anak-anak daerah pun terpaksa merantau di negeri tetangga dalam menempuh pendidikannya. Ini merupakan suatu masalah, karena bukan hanya persoalan biaya sekolah tetapi juga tentang biaya hidup bagi mereka. Maka tak heran banyak anak daerah yang berhenti di tengah-tengah dikarenakan biaya.
Seperti yang dialami oleh CM (28), dirinya terpaksa menghentikan cita-citanya meraih titel sarjana dikarekanakan tidak mampunya ekonomi keluarga dalam membiayai sekolah dan biaya hidupnya di negeri tetangga.
Pertanian
Hasil pertanian merupakan salah satu penunjang ekonomi masyarakat dan juga daerah. Tetapi masih banyak juga keluh kesah para petani di mana-mana. Bagaimana tidak, harga bibit dan pupuk sedang melambung tinggi harganya.
Hal itu yang di alami BE (45) Warga Desa Kuala Kecamatan Kaidipang, dirinya mengaku dengan harga bibit dan pupuk yang sedang melambung ini dirinya bertani bukan malah mendapatkan untung malah mendapatkan buntung.
“Semuanya butuh modal, dari pembukaan lahan sampai penjualan, dijual pun harganya naik turun dikarenakan kita menjualnya di luar daerah dikarenakan di sini belum ada tempatnya,” ungkapnya.
Bahkan, yang lebih parah, media lokal memberitakan tidak ada anggaran pupuk untuk petani Bolmong Utara. Itu pada 2019 silam dan hanya ada Pembangunan Unit Pengolahan Pupuk Organik Rp375.000.000.
Sementara tahun 2020, hanya ada Rp512.722.000. Satu tahun setelahnya (2021), malah tidak ada sama sekali. Beruntung, masuk di era 2022 ini, disediakan Rp 2.811.760.000.
Namun, angka itu tak sesuai dengan jumlah petani yang masuk dalam kebutuhan kelompok pada tahun 2021 yang berjumlah 7.988 orang. Inilah fakta pembangunan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongodow Utara.
Kelautan/Perikanan
Udin (50) Warga Desa Boroko Timur, Kecamatan Kaidipang berkisah tentang dirinya yang sudah 20 tahun bertaruh nyawa dilautan.
Dirinya mengaku, selama 20 tahun belum ada sentuhan langsung bantuan. Yang ada hanya beberapa kali janji yang tak kunjung tiba dihadapan.
“Kalau bicara untuk kesejahteraan nelayan pak, sampai saat ini tidak ada. Untung pemerintah desa kasih bantuan mesin ada 15 orang,” kata Udin (50) warga Desa Boroko Timur, Kecamatan Kaidipang.
“Kalau nelayan lain sama sekali tidak ada bantuan. Saya pribadi, pak, bersyukur walaupun sudah puluhan tahun ini, baru satu kali dikasih bantuan,” lanjut Udin.
Inilah satu di antara yang menjadi penghambat kemajuan perikanan/kelautan di bumi Bolmong Utara. Dukungan fasilitas sulit didapatkan. Kalau pun ada, penyaluraannya belum terarah dan inilah fakta yang terjadi di lapangan.
Meski demikian, kita tidak menutup mata dengan kemajuan yang berhasil dicapai. Pembenahan-pembenahan atas kekurangan yang ada hendaknya terus dilakukan, terutama oleh parah pemimpin-pemimpin negeri ini. Pemimpin yang hebat tidak anti kritik. Karena kritikan merupakan bahan evaluasi dalam membangun peradaban.
Dirgahayu Bolaang Mongondow Utara ke-15
Penulis: Yai Van Gobel