KONSPIRASI
Oleh :
Prof. Fory Armin Naway
Ketua ICMI dan Ketua Puspaga Kab. Gorontalo
OPINI | mediasulutgo.com — Kata Konspirasi selalu berkenotasi negatif, yaitu suatu persekongkolan atau komplotan oleh dua orang atau lebih yang bersepakat atau bermufakat untuk merencanakan dan melaksanakan sesuatu dengan tujuan tertentu. Pada umumnya, konspirasi dilakukan untuk menggabungkan kekuatan dalam rangka melaksanakan misi tertentu, terutama dalam beroposisi atau menjatuhkan seseorang. Dalam dunia nyata, konspirasi lebih cenderung dikenal dalam tataran politik, kendati dalam realitas kehidupan keluarga, tetangga bahkan dalam bermasyarakat, konspirasi bisa saja merebak namun tidak terasa bahkan tidak disadari.
Lawan kata konspirasi adalah, kata kolaborasi yang memiliki makna yang sama, namun berkenotasi positif. Konspirasi menjadi negatif, karena cenderung meraih atau mencapai tujuan dengan “tidak fair”, culas dan menghalalkan berbagai cara. Sementara kolaborasi senantiasa dilakukan atas dasar pikiran-pikiran positif yang tidak hanya menggabungkan kekuatan, tapi di sana juga mengandung ide dan gagasan konstruktif.
Konspirasi lebih mengarah pada “menjatuhkan”, sementara kolaborasi lebih mengarah pada kemajuan bersama. Selain itu, konspirasi akan dicatat dalam sejarah sebagai “catatan hitam” atau “catatan kelam” yang tetap layak untuk dikenang sebagai sumber belajar. Disisi yang lain, kolaborasi dicatat sebagai sumber inspirasi dan referensi sebagai makhluk sosial yang berpikir.
Oleh karena itu dalam kehidupan di dunia ini, siapapun senantiasa dianjurkan oleh agama untuk tetap berhati-hati, mawas diri dan mampu merasakan dengan sukma tentang fenomena yang menggejala, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Hal itu dipandang penting, karena dalam tataran realitas, konspirasi justru biasanya dilakukan atau melibatkan dan didalangi oleh “orang dekat” yang tidak jauh dari kehidupan kita. Entah karena ambisi, keserakahan, ketamakan, iri hati, dengki, kebencian dan sebagainya.