GORONTALO, mediasulutgo.com — Tindakan arogansi oknum Wakil Ketua DPRD Boalemo, Lahmudin Hambali terhadap Mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Boalemo saat menggelar aksi menuai banyak kecaman.
Sebelumnya telah dikecam oleh Mantan Ketua Umum PMII Boalemo dan Ketua PMIB Gorontalo. Kali ini, Lahmudin Hambali kembali dikecam oleh Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Gorontalo, Firman Latuda.
Kepada Mediasulutgo.com , Ketua PC PMII Kabupaten Gorontalo Firman Latuda menilai, arogansi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Boalemo harus dihentikan karena membahayakan bagi keberlangsungan demokrasi.
“Sudah saatnya semua elemen publik memberi reaksi terhadap bentuk arogansi tersebut” Ucap Firman.
“Menyaksikan arogansi oknum Wakil Ketua DPRD Kabupaten Boalemo pada saat Rapat Dengar Pendapat di Kantor DPRD Boalemo yang mengatakan “Sok Pintar Ngoni, Ngoni tidak tau kita sapa?” (Sok pintar kalian, kalian tidak tahu siapan saya?) saya sangat prihatin, ini mencederai demokrasi,” Tambahnya
Dirinya juga mengatakan, saat melihat video dan berita yang beredar di media sosial serta mendengar kronologi dari salah satu sahabat PMII Boalemo merasa risih dan malu terhadap perilaku oknum Wakil Ketua DPRD Boalemo, apalagi dihadapanya adalah sejumlah aktivis PMII yang sudah makan banyak asam garam dalam membangun demokrasi di negeri ini.
“Terlepas siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi gaya dan sikap kesombongan seorang Wakil Ketua DPRD Boalemo tersebut sudah kelewat batas norma yang berlaku dalam apapun,” Kata Firman.
Tak hanya itu, Firman juga menegaskan, Wakil Ketua DPRD perlu dilatih etika dan tata krama dalam menyampaikan pikirannya, agar opini dan pikiran tersampaikan dengan baik dan dengan cara yang tidak arogan.
“Hari ini, menjadi percakapan yang hangat ditengah-tengah publik tentang pentingnya kompetensi dan moral etis bagi seorang wakil rakyat semacam anggota Dewan Perwakilan Rakyat,” Ujarnya.
Terakhir, Firman berharap, Semoga tidak ada lagi anggota dewan seperti yang bertindak arogansi dan bertindak tidak etis didepan publik.
“Saran saja, kedepankan objektifitas dan tata krama dalam menyampaikan pikiran. Agar opini dan pikiran yang baik menjadi bernilai ketika disampaikan dengan cara yang tidak arogan,” Pungkasnya.