OPINI, mediasulutgo.com — Kekayaan sumber daya alam Indonesia tak perlu diragukan lagi. Berbagai macam flora dan fauna endemik terdapat di Negara ini. Dengan alasan tersebut sehingga Negara ini dijuluki sebagai “Megadiversity Country” oleh Negara lain. Setiap pulau besar yang ada di Negara ini memiliki jenis flora dan fauna tertentu. Salah satu diantaranya ialah pulau Sulawesi.
Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar ke empat di Negara ini. Sejarah penamaan pulau Sulawesi tak bisa dilepas pisahkan dari kondisi bentangan alamnya. Dimana pulau ini memiliki kekayaan alam berupa mineral (tambang) sejak dahulu kala. Tak heran kata Sulawesi secara etimologi berasal dari kata sula yang artinya pulau dan wesi yang artinya besi atau logam. Selain kekayaan mineral tersebut, pulau ini juga memiliki kekayaan flora yang melimpah. Salah satu diantaranya ialah kayu kuku.
Kayu kuku (pericopsis mooniana THW) merupakan flora endemik Sulawesi tenggara. Pohon ini terdapat di daerah Cagar Alam lamedai. Cagar Alam Lamedai terletak di Desa Lamedai Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka. Untuk mengakses daerah ini tidaklah sulit, karena daerah ini berbatasan langsung dengan Bandara Udara Sangia Nibandera Kolaka. Jarak dari ibukota Kabupaten ke lokasi kurang lebih 50km.
Kayu kuku merupakan family Fabaceae, Ordo Fabales, Genus Pericorpsis, spesies pericorpsis mooniana. memiliki daun yang bersilang berhadapan. Memiliki buah berbentuk polong yang setiap tahunnya selalu berbuah. kayu kuku memiliki tinggi pohon maksimal antara 30-40 meter. Tinggi bebas cabangnya hampir ¾ dari total tinggi pohon. Diameter batang kayu kuku berkisar antara 35-100 cm.
Kayu kuku mampu beradaptasi pada tanah regosol yang cendrung subur. Ketinggian tempat tumbuh antara 200-350 mdpl. Serta areal yang memiliki curah hujan 750-2.000m / tahun. Selain itu kayu kuku juga dapat tumbuh pada tanah yang berlempung tetapi tidak memiliki air yang tergenang. Dapat juga tumbuh di daerah yang memiliki topografi berbukit yang cendrung landai.
Kayu kuku tergolong kayu mewah dengan kelas kekuatan II dan kelas keawetan II. Warna kayunya cokelat muda sampai kemerahan. Mempunyai tekstur cendrung halus dan licin pada permukaannya. Terdapat corak garis-garis dekoratif. Dengan alasan tersebut sehingga pemanfaatan kayu ini lebih kearah komersil seperti perabot rumah tangga, vinir, panel, dan flooring. Selain itu kayu ini juga dimanfaatkan sebagai geladak kapal, jembatan, bantalan kereta api, dan bak kendaraan. Karena pemanfaatan tersebut sehingga keberadaan kayu ini masuk dalam ketegori terancam punah.
Oleh karena itu sebagai flora endemik Sulawesi Tenggara seharusnya keberadaan kayu kuku lebih diperhatikan kelestariannya. Apalagi jenis kayu ini merupakan kategori mewah. Adapun hal-hal yang mesti dilakukan dalam peletarian tanaman ini menurut penulis ialah :
Edukasi
Tujuan dari kegiatan edukasi ialah memberikan pemahaman akan kondisi kayu kuku saat ini. Melalui pendekatan persuasif dengan menggunakan berbagai alat peraga jika perlu menggunakan teknologi masa kini. Metode penyampaian informasi harus menyentuh langsung dengan kondisi masyarakat tersebut. Agar mereka dengan suka rela bergerak dan melakukan kegiatan-kegiatan konservasi.
Perbanyakan anakan tanaman dengan tujuan reboisasi
Ada berbagai macam metode perbanyakan anakan pada tanaman. Seperti mengambilnya langsung dari lokasi yang berada di sekitar indukan, melakukan tindakan silvikultur mulai dari perbenihan sampai persemaian, dan menanam langsung benih atau bijinya di lokasi lahan. Setelah anakan di dapatkan maka kita langsung melakukan tindakan reboisasi. Reboisasi merupakan kegiatan penanaman kembali pohon yang telah di tebang
Agoforestry
Kegiatan agroforestry merupakan kegiatan yang memadukan tanaman kehutanan dan tanaman semusim pada bentangan lahan. Kegiatan ini sangat baik diterapkan oleh para petani. karena selain hasil tanaman semusim petani juga mendapatkan hasil dari tanaman kehutanan salah satunya kayu kuku. Penulis pernah melakukan penelitian antara tanaman kayu kuku dan nilam. Ternyata kedua tanaman tersebut memiliki interaksi positif pada biomassanya.
Itulah beberapa kegiatan yang kita lakukan agar flora ini dapat dinikmati oleh anak cucuk kita kedepannya. sehingga dengan upaya-upaya tersebut jika hasilnya melipah kedepannya dapat dijadikan komoditi ekspor untuk mengisi pundi-pundi Negara Daerah dan masyarakat.
Sabaruddin B. S.Hut.,M.Hut
Dosen Konservasi Hutan
Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo