OPINI,mediasulutgo.com — Media sosial kini ramai dengan kembalinya gambar garuda yang dulunya pernah menghiasi trending topikIndonesia. Namun bedanya kali ini gambar garuda tersebut tidak lagi berlatar biru, melainkan berganti dengan warna hitam, seolah menggambarkan gelapnya kondisi Indonesia hari ini. Perubahan background ke warna yang lebih suram menjadi sirine bagi masyarakat bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja bahkan bisa dikatakan darurat. Tagar #IndonesiaGelap yang telahdipakai oleh setidaknya 743.000 unggahan warganet,tidak lain merupakan buah dari keresahan publik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang semakin tidak masuk akal.
Bentuk keresahan publik ini bukan hanya terlihatdalam bingkai postingan pada layar ponsel, tapi juga pada panasnya jalanan aspal, dimana masyarakat turun langsung ke jalanan untuk melakukan demonstrasi—dalam hal ini dimotori oleh mahasiswa. Gelombang unjuk rasa ini dilakukan secara serentak di lebih darisepuluh wilayah dan dibawakan oleh mahasiswa denganberbagai warna almamater dari berbagai universitas, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas TulangBuwang (UTB) Lampung, dan Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA) (tirto.id, 18/2/2025).
Dari banyaknya tempat, pusat dan puncak seruan aksi massal ini hanya terjadi di Ibu kota, tepatnya dikawasan Patung Kuda, Jakarta. Dilansir dari CNN Indonesia, terhitung sejak pertama kali aksi ini di selenggarakan pada Senin (17/2), sudah ada ribuan mahasiswa dari berbagai universitas turut serta‘menyalakan’ Patung Kuda dengan api orasi yang berisipendapat dan kritik mereka terhadap kebijakanpemerintah belakangan ini. Beberapa isu yang digaungkan dalam aksi bertajuk “Indonesia Gelap”diantaranya adalah konflik mengenai LPG 3 kg, reformasi kepolisian, program Makan Siang BergiziGratis (MBG), pengurangan anggaran untuk program sosial dan kesejahteraan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan.
Bagai bisul yang meletus, kekesalan masyarakatIndonesia akhirnya sudah mencapai titik klimaksnya dantidak dapat di bendung lagi. Hal ini tentu bukan tanpaalasan, karena tidak ada asap tanpa adanya api, makapasti selalu ada motif dibalik protes apapun yangdilakukan. Ketidakadilan—inilah momok yangtersembunyi pada setiap kebijakan-kebijakankontroversial tersebut. Namun sayangnya solusi yangkerap kali ditawarkan lagi-lagi hanyalah demokrasi. Mengembalikan demokrasi dijadikan sebagai jalan ninjaoleh mahasiswa setiap kali melakukan pesta demonstrasiseperti baru-baru ini. Demokrasi sekuler terus di framingsebagai sistem yang paling humanis dengan iming-iming janji manis kesejahteraan, seakan-akan ini adalah obatmanjur bagi ketidakadilan. Padahal justru sebaliknya,demokrasi tidak akan pernah menyelesaikan masalahkarena demokrasi–lah yang menjadi akar dari segalapermasalahan negeri ini.
Sejarah telah menunjukkan bahwa di bawah sistemini, ketimpangan semakin terlihat, moralitas merosot, dan kepentingan kelompok elit lebih penting daripadakesejahteraan umum. Sistem ini memungkinkan orang-orang yang hanya berfokus pada power dan cuanekonomi untuk mengatur kehidupan sesuka hati mereka,tanpa memikirkan ranah halal dan haram—menjadikan hidup tidak memiliki batasan nilai agama yang seharusnya dijadikan sebagai rujukan. Demokrasi yang berpusat pada kebebasan dan sekularisme sebenarnyamemungkinkan terjadinya intrik politik, konflikkekayaan, dan penggunaan agama sebagai alat politiksementara. Slogan “dari, oleh, dan untuk rakyat” kini hanya tinggal bualan kosong belaka karena telah dimatikan oleh nafsu kekuasaan yang hanya memberikan ‘karpet merah’ kepada segelintir elit saja. Jika faktanyademikian, bagaimana mungkin kita mengharapkan solusipada sistem yang sebenarnya memang sudah rusak dariawal?
Adalah benar, mahasiswa hari ini sedikit banyaknyasudah mulai melek politik dan berani berpendapat kritis. Hanya saja solusi yang mereka bawa bukanlah solusiyang solutif dan fundamental—mampu menyelesaikanpermasalahan dari akarnya. Ibarat ingin membersihkanlantai dengan sapu yang kotor, maka berharap padademokrasi pun sama saja bohong. Tidak adakesejahteraan pada sistem yang lahir dari tanganmanusia. Karena sietem yang benar dan hakiki hanyalahsistem yang berasal dari sang pencipta—sistem Islam.
Islam dengan jelas mewajibkan setiap muslim untukber-amar makruf nahi mungkar. Termasuk melawankemungkaran yang dilakukan rezim hari ini sertamelakukan perubahan untuk memperbaikinya. Maka untuk menunaikan kewajiban ini, sudah seharusnyamahasiswa bergerak ketika melihat kezaliman karenamerekalah agent of change yang mengemban risalahIslam. Juga senantiasa mengkritik penguasa, bukanhanya atas nama kemanusiaan semata seperti yang digemakan oleh mahasiswa hari ini, namun atas dasar semangat amar makruf nahi mungkar tadi. Karena sudahmenjadi sunnatullah bahwa generasi muda seperti mahasiswa selalu menjadi pelopor dan lokomotifperubahan di antara umat Islam. Bahkan para nabidiangkat pada usia muda untuk menyampaikan risalahAllah Swt. Rasulullah Muhammad saw. adalah salah satucontoh pemuda yang memimpin perubahan antara orang-orang di kaumnya.
Oleh karena itu, perlu adanya sekumpulan orang yang menyerukan Islam dan mengajak kepada syariatIslam secara kaffah yang di sebut dengan dakwah islam. Dan mahasiswa–lah kalangan yang berpeluang besaruntuk menerima dan mengemban dakwah Islam tersebut, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah bahwabanyak pengikut dakwah beliau berasal dari kalanganpemuda. Maka hendaklah para mahasiswa masuk ke dalam circle dakwah Islam yang tengah memperjuangkan terwujudnya tegaknya syariat Islam. Mahasiswa seharusnya mengusung persatuan atas dasar dan dorongan akidah Islam serta mengarahkanperjuangan mereka pada satu tujuan: mewujudkankehidupan Islam dengan menerapkan syariat Islam kaffah untuk mengakhiri semua masalah. Mereka harusmelakukan ini meskipun berasal dari berbagai kampusdan daerah yang berbeda-beda, karena penerapan sistemIslam adalah satu-satunya cara untuk memastikan masa depan yang cemerlang bagi masyarakat, bukannya masa depan yang gelap seperti saat ini.
Dengan demikian, kegelapan yang mengukung Indonesia saat ini akibat penerapan sistem demokrasi sekulerisme, akan diterangi oleh para mahasiswa dengan cahaya dakwah Islam kaffah. Penerapan Islam secaramenyeluruh dalam institusi kepemimpinan Islam akanmenjadi solusi nyata bagi Indonesia dan bahkan duniaseluruhnya.(*)