Scroll keatas untuk lihat konten

OPINIHEADLINES

Fatwa tak Cukup untuk Palestina, Jihad Secara Nyata adalah Solusinya

×

Fatwa tak Cukup untuk Palestina, Jihad Secara Nyata adalah Solusinya

Sebarkan artikel ini

Oleh: Mona Mamonto

OPINI,mediasulutgo.com — Perbaikan sejatinya untuk membawa pada kemaslahatan umat guna mengembalikan kemenangan yang pernah dirasakan tepat ketika kiblat pertama Umat Islam dibebaskan dari tangan-tangan kotor Barat dan sekutunya. Jelaslah hal ini menandakan bangkitnya kembali peradaban gemilang yang sudah lama dinantikan. Lantas, hal itu tak akan sampai jika hanya berupa fatwa dari organisasi ulama internasional yang menyerukan perlawanan. Sebab akar masalahnya bukan seberapa banyak fatwa itu digaungkan ke pelosok negeri, tapi bagaimana fatwa jihad yang diserukan dilaksanakan secara nyata tanpa basa-basi.

Seruan Jihad

Derita Muslim Gaza tak kunjung berhenti akibat agresi militer Yahudi. Sepanjang Ramadhan, bahkan saat Hari Raya Idul Fitri, warga Gaza terus berada dalam teror genosida Yahudi. Korban yang tewas pun diperkirakan 1.309 warga Palestina sejak zionis Yahudi kembali melanjutkan operasi militernya di Gaza pada 18 Maret 2025. Tentara Yahudi membunuhi pula tenaga medis, jurnalis dan relawan kemanusiaan.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Ini semakin diperparah dengan di blokadenya bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza. Akibatnya, 2,4 juta penduduknya terancam kelaparan dan kekurangan obat-obatan, pun pada agresi militer sebelumnya, militer yahudi sudah menghancurkan berbagai fasilitas kesehatan dan rumah sakit. Banyak warga Gaza tidak mendapatkan perawatan medis yang layak. (Buletin Kaffah, 11 April 2025)

Sejumlah ulama muslim mengeluarkan fatwa menyerukan jihad melawan Israel sebagai respons atas serangan udara di jalur Gaza, yang telah menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa. Dikeluarkan oleh Internasional Union of Muslim Scolars (IUMS), fatwa ini didukung oleh lebih dari selusin ulama yang memiliki reputasi tinggi di kalangan umat Islam.

Fatwa ini pun berisikan seruan terhadap semua negara-negara muslim untuk melakukan intervensi militer, ekonomi, dan politik guna menghentikan apa yang mereka sebut sebagai genosida dan penghancuran total di Gaza, pernyataan resmi dari IUMS menekankan bahwa tindakan israel terhadap warga palestina telah melanggar hak asasi manusia dan prinsip-prinsip kemanusia. (Merdeka, 05 April 2025).

Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), Ali Al-Qaradaghi menyerukan kepada semua negara Muslim pada Jumat (4/4), Untuk segera campur tangan dalam menghentikan genosida dan penghancuran menyeluruh ini, sesuai dengan mandat mereka. Ia pun menambahkan bahwa kegagalan pemerintah Arab dan Islam untuk mendukung Gaza sedang dihancurkan dianggap oleh hukum Islam sebagai kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita tertindas di Gaza. (Media Indonesia, 06 April 2025).

Kita tahu bersama bahwa gagalnya semua ikhtiar umat menolong kaum muslimin di Gaza (demo, boikot, bantuan logistik, dll) yang tak membuahkan hasil apapun untuk menghentikan kekejaman zionis laknatullah. Bukan itu saja para penguasa Arab dan dunia Islam bahkan berdiam diri. Mereka malah menutup rapat pintu perbatasan demi mencegah kedatangan pengungsi Gaza yang menderita. Aapalagi negara-negara tersebut berbatasan langsung dengan palestina. Ironinya, para penguasa Muslim memberikan negerinya menjadi tempat kedatangan pesawat tempur AS untuk membantu zionis yahudi.

Yang lebih ironinya lagi, para penguasa tersebut membuka pelabuhan untuk kapal-kapal pembawa minyak ke negeri Yahudi. Mereka juga masih membuka hubungan perdagangan dengan Yahudi. Dan mereka justu enggan menggerakkan jutaan tentara militernya untuk berperang melawan yahudi. Tapi semua hanya dibiarkan duduk manis di barak-barak militer. Ini tentu menjadi pertanyaan besar, mereka bukan memberi pertolongan terhadap Gaza apalagi membalas kekejaman Zion*s yahudi tapi malah membuka hubungan bilateral yang menghasilkan keuntungan baik dalam bidang ekonomi, politik maupun budaya.

Maka jika melihat upaya terakhir dari para tokoh ulama internasional dalam mengeluarkan fatwa jihad adalah jalan terakhir untuk membuka mata dunia akan kebiadaban israel terhadap warga Gaza. Namun, hal itu bukanlan solusi dan jalan terakhir, karena “fatwa” hanya sekedear retorika yang berkepanjangan tanpa ada tindak nyata untuk turun langsung memerangi entitas zion*s.

Memang sudah nyata bahwa satu-satunya solusi untuk menghentikan genosida yang terjadi di Gaza adalah jihad fi sabilillah. Pun jihad yang dimaksud bukan hanya berupa jihad dalam skala kecil melainkan dalam skala yang besar. Dalam artian memerangi zion*s Yahudi tanpa ampun, mulai dari pemutusan kerja sama bilateral di semua lini serta mengirimkan tentara-tentara terbaik untuk berperang melawan mereka. Dan ini harus di komandoi oleh seorang pemimpin yang memiliki kekuatan besar sehingga dari padanya akan menyatukan negeri muslim untuk jihad melawan aggressor, Zion*s laknatullah alaih.

Dengan jihad fi sabillah inilah bisa mengerakan kekuatan militer untuk melindungi warga Gaza dan mengusir entitas Yahudi, sebab jika masih berharap pada solusi-solusi semu yang akar masalahnya pun tak didapat layaknya berharap pohon zaitun bisa berbuah dilema. Karena melihat solusi sebelumnya tak efektif, justru hanya melahirkan kemunafikkan bagi para pemimpin-pemimpin negara muslim, alih-alih memutuskan kerja sama dengan Zion*s, tapi malah merajut jalan diplomasi dan beretorika basa-basi tanpa ada hasil yang pasti.

Bukan wajah umum lagi bukan, ketika para pemimpin negara muslim seringnya bermain peran ganda demi meraup simpati umat apalagi kita tahu bersama bahwa retorika yang sering mereka mainkan tak berefek sama sekali. Inipun tidak cukup hanya dengan memerintahkan para Imam dan khatib membawakan doa untuk kaum Muslim Gaza.

Dalam hal ini, Al-Qur’an telah memerintahkan jihad defenif (¬jihad difaa’l) atas setiap invasi musuh yang ditujukan pada negeri-negeri Muslim. Allah Subahanahu wa ta’alla berfirman :

Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian (Q.s Al-Baqarah, 2:194)

Jika “hanya” berupa fatwa, tentu tidak akan efektif, apalagi fatwa tidak memiliki kekuatan mengikat. Padahal kekuatan militer (pasukan dan senjatanya) ada di tangan para penguasa yang selama ini hanya menyeru namun tidak mengirimkan pasukan. Terlebih jihad defensif selama ini sudah dilakukan oleh kaum muslimin di Palestina di bawah komando sebuah kelompok bersenjata. Namun, jihad defensif tersebut tidak membuahkan hasil apapun, apalagi dengan dilakan gencatan demi gencatan senjata antar kedua belah pihak nyatanya hanya dijadikan jalan oleh entitas Zion*s untuk semakin menekan muslim Gaza dari berbagai arah.

Upaya membebaskan Palestina dengan jihad sejatinya butuh komando seorang pemimpin di seluruh dunia. Dengan demikian menghadirkan kepemimpinan seperti ini seharusnya menjadi agenda utama umat Islam, khususnya gerakan-gerakan dakwah yang konsern ingin menolong muslim Gaza-Palestina.

Karena pada dasarnya, inilah konspirasi besar dari para penguasa Arab dan Muslim dengan Amerika Serikat dan Zionis yahudi, dimana para penguasa muslim ini mengaimini genosida di Gaza dengan sikap berdiam dirinya. Mereka pun lupa bahwa jabatan dan kekuasaan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tumpahnya darah seorang Mukmin. Rasulullah Saw bersabda :

“Sungguh hilangnya dunia ini jauh lebih ringan bagi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang Mukmin tanpa haq” (HR an-Nasa’i dan Tirmidzi).

Bahkan terkait Gaza, penguasa Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya tidak tergerak sedikit pun untuk mengumandangkan jihad, pun menerjunkan tentara dan senjata. Mereka hanya diam melihat puluhan ribu warga Gaza dibantai dengan cara yang tidak manusiawi. Mirisnya mereka berkata solusi masalah Palestina adalah membagi tanah menjadi dua dan memberikan salah satunya kepada pihak penjajah, atau membantu menampung mereka yang tertindas. Namun pada saat yang sama membiarkan Tanah Gaza direbut paksa oleh entitas Zion*s dan Amerika hingga menjauhkan Palestina dari cita-cita kemerdekaanya.

Sungguh ironi bukan, paham batil sekulerisme dan kapitaslisme serta nasionalisme yang telah lama bercokol di negeri-negeri Islam, telah berhasil menghapus ikatan persaudaraan hakiki atas dasar iman. Alih-alih mengomando dan memimpin jihad melawan musuh-musuh aktifnya, para penguasa muslim, justru rela menjadi penjaga sistem negara bangsa yang dahulu dibuat para penjajah untuk melemahkan kekuatan umat sekaligus melanggengkan hegemoni negara adidaya atas mereka. Pertanyaanya, sampai kapan ?

Dengan demikian, nyatalah bahwa yang dibutuhkan Muslim Gaza saat ini bukan hanya berupa fatwa yang diserukan oleh para ulama internasional, melainkan kekuatan umat dalam satu komando yang dipimpin oleh seorang pemimpin dengan kekuatannya, barat tidak akan mampu mengintervensi bahkan menunganggi kebijakanya. Karena dengan kepemimpiannya, umat akan menjadi paham bahwa merekalah pemilik hakiki kekuasaan, tanpa dukungan dari umat pun para penguasa di negeri-negeri Islam tidak akan pernah memiliki legitimasi atas jabatan kekuasaanya.

Solusi Hakiki : Mewujudkan Kepemimpinan Islam

Sejatinya satunya-satunya cara menolong Gaza adalah dengan mengerahkan seluruh potensi umat untuk jihad fi sabilillah. Hanya saja kita tidak mungkin berharap aktivitas yang sangat agung dan mulia ini akan diinisiasi oleh para penguasa muslim yang sedang berkuasa hari ini. Adapun yang siap dan layak memimpin jihad semesta hanyalah seorang khalifah yang dibaiat oleh umat untuk menjalankan seluruh syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Karena keberadaan seorang khalifah memang masih menjadi tugas besar bagi seluruh umat Islam. Padahal, syariat Islam menetapkan batas maksimal umat boleh hidup tanpa baiat kepada khalifah hanyalah tiga hari tiga malam. Pantas jika sepanjang masa itu, kehidupan umat Islam dipenuhi dengan berbagai kesempitan. Berbagai krisis mulai dari politik, ekonomi, moral, sosial, hukum, dan hankam, terus menggelayuti kehidupan umat Islam.

Kepemimpinan yang disebut sebagai adalah menerapkan sistem Islam bisa tegak atas dukungan mayoritas umat sebagai buah dari proses penyadaran ideologis yang dilakukan oleh gerakan Islam yang tulus dan lurus berjuang semata demi Islam. Bukankah ini menunjukkan bahwa umat memang membutuhkan kehadiran perisai untuk mereka, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.:

“Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya” (HR Muslim).

Oleh karenanya, sudah saatnya umat berjuang menegakkan sistem Islam yang dahulu selama belasan abad telah berhasil membuat mereka bersatu dan menjadi kekuatan adidaya. Yakni dengan memenuhi beberapa hal; Pertama, menggencarkan dakwah membangun kesadaran agar umat paham bahwa Islam bukanlah hanya sekedar agama ritual, melainkan sebagai sebuah ideologi yang datang sebagai solusi atas semua problem kehidupan.

Sebab dalam konteks hari ini, Islamlah satu-satunya sistem hidup yang layak menggantikan sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini terbukti sangat destruktif dan meniscayakan kezaliman, termasuk melegalkan penjajahan sebagaimana dilakukan Amerika dan Zionis laknatullah di Palestina, bahkan di berbagai belahan dunia lainnya.(Mnews). Wallaahu a’alam bi ash-shawaab.(**)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *