Scroll keatas untuk lihat konten
HEADLINESOPINI

Demi Mengejar Eksistensi, Turunkan Taraf Berfikir Generasi

×

Demi Mengejar Eksistensi, Turunkan Taraf Berfikir Generasi

Sebarkan artikel ini
Pandangan Islam Terhadap Generasi

Generasi muda Islam adalah generasi emas pemimpin masa depan. Mereka adalah generasi terbaik umat yang perlu disiapkan menyongsong peradaban dan kebangkitan Islam. Tanamkan akidah, sirami dengan tsaqafah, dan berdayakan untuk membela dan memperjuangkan Islam, sebagaimana perkataan sahabat Jundub bin Abdillah, “Kami bersama Nabi saat kami masih remaja. Kami belajar iman sebelum Al-Qur’an. Kemudian Ketika kami belajar Al-Qur’an, bertambahlah iman kami.”

Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam sangat memahami bahwa generasi muda adalah aset peradaban yang wajib dibina dan dijaga. Oleh karenanya, Islam memberi perhatian khusus terhadap generasi muda, yaitu mendidik dan membina mereka menjadi generasi bertakwa, cerdas, mulia, dan berkepribadian Islam. Begini cara Islam membina generasi.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Tahap awal, menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan menghasilkan anak didik berkepribadian Islam. Ditunjang pendidikan keluarga yang menanamkan akidah Islam kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Dengan begitu, visi misi hidup yang tercipta dalam diri mereka sesuai fitrah penciptaannya, yaitu beribadah serta taat pada aturan Allah Taala.

Sebagaimana sosok Mush’ab bin Umair setelah tersentuh Islam. Ia mendedikasikan hidupnya hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Ia rela kehilangan segala kemewahan demi berislam secara kafah dan menjadi duta Islam pertama dalam sejarah umat Islam. Inilah sosok pemuda panutan yang akidahnya kuat, tutur katanya bernas, dan perannya sangat besar dalam memotori perubahan masyarakat.

Kedua, menyediakan fasilitas penunjang belajar yang mumpuni agar generasi mampu mengembangkan diri di berbagai disiplin ilmu. Islam melahirkan banyak tokoh berilmu yang tidak hanya cerdas dalam ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat. Ada ilmuwan hafal Al-Qur’an, ada ulama sekaligus seorang ilmuwan. Artinya, tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan dunia.

Ketiga, menyaring berbagai konten dan tayangan yang merusak pemikiran Islam. Dengan perkembangan teknologi yang canggih, kecerdasan dan keilmuan pemuda bisa digunakan untuk membuat konten dan tayangan yang edukatif, mengajak amar makruf nahi mungkar, bahkan membuat aplikasi yang memudahkan masyarakat mengenal dan memahami Islam lebih luas hingga mendunia.

Keempat, memberdayakan potensi pemuda yang energik dan fisik yang kuat dengan membentuk mereka menjadi mujahid yang siap bertempur di medan peperangan, yaitu berjihad di jalan Allah Taala.

Pada hakikatnya semua tahapan ini hanya bisa berjalan tatkala negara menerapkan Islam secara fundamental dan menyeluruh. Satu-satunya bentuk negara yang bisa merealisasikannya adalah sistem pemerintahan Islam.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *