Kekuatan lainnya kesabaran sang ibunda tercinta yang seorang pensiunan guru dan saat ini sudah berusia sepuh 83 tahun. Melihat anak sulungnya yang tidak hanya dianiaya dan didzalimi, tapi juga harkat dan martabat keluarga besarnya tengah diusik, tentu sebagai seorang yang sudah sepuh, tidak bisa berbuat apa-apa selain bermunajat ke haribaan Sang Maha Pencipta Allah SWT.
Nelson saat ini tengah terdzolimi secara politik, ibarat ia memiliki sepuluh kebaikan, prestasi dan dedikasi, namun itu tidak cukup bagi segelintir orang yang justru terus mengobok-obok “satu kesalahan” manusiawinya. Sementara di sisi yang lain, segelintir orang itu seakan menempatkan diri mereka suci, tdak punya skandal, tidak memiliki dosa dan aib.
Bahkan, mereka seolah-olah telah kehilangan nurani kemanusiaannya, untuk sekadar berpikir dan mempertimbangkan, bagaimana perasaan, kondisi psikologi, mentalitas dan harkat martabat istri sah Nelson Pomalingo yang justru menjadi korban perempuan “Pelakor”, bagaimana perasaan dan psikologi anak-anak, cucu-cucunya yang masih kecil, para kemenakan, paman dan tante-tantenya, keluarga besarnya, bahkan “secuil belas kasih” untuk menjaga kecamuk emosi sang ibunda tercinta Nelson Pomalingo yang sudah sepuh, sama sekali sudah tak terbersit dari lubuk hati kecil mereka yang lebih senang membela “perempuan Pelakor”hanya demi kepentingan politik sesaat. (Bersambung)