Jika mencermati Kiprah Nelson sejak tahun 1999 saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo, kemudian menjadi Rektor dan sekarang menjadi Bupati, rasa-rasanya “sangat sulit” ditandingi bahkan mungkin ada-ada saja yang enggan disandingkan jika berbicara tentang prestasi, jejak kiprah Nelson untuk Gorontalo.
Berbicara tentang membangun Gorontalo, berbicara tentang ide,gagasan,pemikiran dan terobosan yang dikaitkan dengan dinamika ekonomi, pendidikan, tentang gerakan dakwah dan syiar Islam, berbicara pelestarian adat-istiadat dan budaya Gorontalo, berbicara tentang pembangunan di sektor pertanian dan sebagainya, Nelson selalu terlibat dan ada di dalamnya.
Selama kurang lebih hampir 25 tahun lamanya semenjak perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo hingga saat ini, Nelson seakan berjaya, ia memiliki jejak dan andil yang turut mewarnai proses dinamika pembangunan di Gorontalo.
Selain pernah menjadi Ketua Presnas Pembentukan Provinsi Gorontalo, menjabat Rektor UNG dan UMGO, Nelson juga berkiprah di berbagai organisasi sebagai wadah pengabdiannya untuk Gorontalo, pernah menjadi Ketua PGRI Provinsi, Ketua Dewan Masjid Indonesia Provinsi, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), pernah menjadi Ketua PB PGRI ,aktif di organisasi ICMI, aktif di organisasi KAHMI, pernah aktif di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Gorontalo, PERTINA, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). dan masih banyak lagi
Dengan demikian maka dapat dimaklumi dan dipahami, mengapa setiap saat menjelang perhelatan politik, Nelson selalu saja diuji dengan berbagai manuver dan gerakan untuk mendekonstruksi wibawa dan ketokohannya.
Tahun 2016, saat menyatakan maju sebagai calon Bupati Gorontalo, Nelson dipandang sebelah mata, selain bukan politisi tulen dan dinilai tidak berpengalaman, ia juga dipandang “miskin” alias tidak ada doi. Namun saat dinyatakan unggul, banyak yang “terbelalak” dengan potensi dan kekuatan intelektual Nelson.