GORONTALO|mediasulutgo.com — Sang Deklarator dan Ketua Dewan Pembina Presidium Nasional (Presnas) Pembentukan Provinsi Gorontalo, Prof. Nelson Pomalingo, hari ini bukan lagi seorang akademisi. Ia sudah memilih jalan menjadi seorang politisi.
Berbeda dengan 20 tahun lebih yang lalu, saat masih berjuang bersama aktivis pembentukan Provinsi Gorontalo, Prof. Nelson yang masih menyandang predikat akademisi, sudah pasti berhadap-hadapan dan menghadapi sesama “pejuang” yang seirama konsep serta pemikirannya untuk Gorontalo.
Tapi saat ini, ketika Nelson telah menetapkan diri memilih menjadi politisi, tentu secara lahir dan batin, Ia sudah harus siap menghadapi dua dimensi jenis manusia. Di sisi kanan ada pejuang yang seirama dan sisi kiri ada “pecundang” yang tengah memainkan “irama”,yakni irama politik yang gaduh.
Apalagi menjelang perhelatan politik 2024 saat ini, tiupan angin kencang, bahkan serangan angin puting beliung akan terus diarahkan untuk menguji ketokohan, kewibawaan dan ketangguhannya sebagai seorang politisi.
Ujian politik yang dialami oleh Nelson hari ini, mengingatkan lembaran kelam masa lalu para politisi dan pemimpin Gorontalo lainnya, yang juga pernah menuai cobaan politik, sebutlah misalnya, ujian Politik yang sering menerpa Fadel Muhammad ketika masih menjabat Gubernur Gorontalo, ujian Politik yang pernah menghantam Gusnar Ismail ketika menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur, ujian Politik yang pernah dialami Adhan Dambea, ujian Politik yang pernah dialami mendiang almarhum Ahmad Hoesa Pakaya, mendiang almarhum Medi Botutihe, mendiang almarhum Iwan Bokings dan ada ujian politik mantan Bupati Boalemo Darwis Moridu.