GORONTALO|mediasulutgo.com — Rakyat Gorontalo tidak boleh lupa, demikian juga, Toni Uloli, Gusnar Ismail dan Idah Syahidah Rusli Habibie jangan pura-pura lupa, bahwa status Gorontalo yang saat ini masih masuk 5 besar sebagai daerah termiskin di Indonesia, adalah bagian dari warisan kegagalan pemerintahan yang pernah mereka emban pada masa lalu”. Gorontalo saat ini butuh gagasan besar terbarukan, bukan program berulang dan copy paste
Mencermati Debat Pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, Jumat (25/10) nampaknya hanya Pasangan Calon (Paslon) Patriot Gorontalo Nelson- Kris nomor urut 2 yang memiliki gagasan besar terbarukan untuk Gorontalo. Diantaranya visi Gorontalo Emas yang sejalan dengan program Indonesia Emas 2045 yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat dalam rangka menghadapi era Bonus Demografi.
Demikian juga, Nelson-Kris memiliki program brilian yang bercita-cita hendak mewujudkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), New Agropolitan dan Agro Industri yang terintegrasi di sektor Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan. Selain itu, Paslon Nelson Kris juga memiliki program konkrit untuk merespon kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan konsep pengembangan kawasan Teluk Tomini.
Yang mampu mengimbangi gagasan besar paslon Nelson-kris adalah Paslon Hibah, Hamsah Isa dan Abdurahman Abubakar Bachmid yang memiliki program konkrit yang terarah dan terstruktur dengan bagus. Juga, Paslon HIBAH nampaknya mengusung spirit kearifan lokal dalam setiap program-programnya.
Sementara Paslon Nomor Uruit 1 Toni Uloli-Marten Taha dan pasangan nomor urut 4 Gusnar Ismail serta Idah Syahidah Rusli Habibier, dilihat dari visi-misi dan program-program mereka sangat jelas biasa-biasa saja, bukan program dan gagasan besar yang terbarukan, melainkan program-program lama yang seakan di“copy paste” atau program berulang yang selama ini sudah diterapkan di era pemerintahan mereka di era tahun 2009-2012. Maupun program yang sudah dilaksanakan oleh mantan Gubernur Rusli Habibie. Gagasan yang terkesan baru dari paslon Gusnar Ismail dan Idah Syahidah, hanyalah program Agro Maritim. Itupun tidak dijelaskan secara detail seperti apa program konkritnya ke depan.
Rakyat Gorontalo tidak boleh lupa, demikian juga, Toni Uloli, Gusnar Ismail dan Idah Syahidah Rusli Habibie jangan pura-pura lupa, bahwa status Gorontalo yang saat ini masih masuk 5 besar sebagai daerah termiskin di Indonesia, adalah bagian dari warisan kegagalan pemerintahan yang pernah mereka emban pada masa lalu.
Oleh karena itu, visi dan “program basi” yang berulang, sejatinya tidak lagi dikemas dalam bentuk retorika-retorika di pentas debat yang disaksikan oleh seluruh rakyat Gorontalo. Masyarakat Gorontalo dalam konteks ini, sudah bukan zamannya lagi, terjebak dalam pemerintahan yang mengusung program-program dan visi yang sudah “basi” yang selama ini membuat Gorontalo terperangkap sebagai daerah 5 besar termiskin di Indonesia.
Untuk itu, Gorontalo saat ini butuh gagasan besar menghadapi Indonesia emas 2045 dan era bonus demografi. Demikian juga, untuk keluar dari belenggu kemiskinan, Gorontalo hari ini dan ke depan membutuhkan lompatan-lompatan kemajuan melalui kepemimpinan yang visioner, bukan kepemimpinan yang berulang. Yang harus diingat, masyarakat Gorontalo bukan barang “mainan” yang dipermainkan dengan program-program yang sudah pernah dicetuskan dan hanya karena demi kekuasaan, program basi tersebut dikemas melalui retorika yang tak bermakna.
Nelson Pomalingo ditemui usai debat tersebut mengatakan, Visi misi kami itu,menggabungkan antara kondisi daerah, cita-cita nasional, kemudian cita-cita yang telah dirumuskan kita semua.
Nelson menerangkan, dalam memimpin sebuah daerah, seperti halnya Provinsi Gorontalo, yang paling utama adalah keikhlasan membangun daerah, termasuk proyeksi ke depan agar pembangun dapat mewujudkan mimpi rakyat yang dipimpinnya. Dia mengatakan terkait pengalaman memimpin yang sempat menjadi bahan perdebatan, baginya, Nelson-Kris sudah melampauinya, bukan hanya teori semata tetapi sudah menerapkan serta menjalaninya. Menjadi Bupati Gorontalo dua periode bagi Nelson, dan pengalaman Kris selama lebih dari 25 tahun menjadi Anggota DPRD, dinilai sebagai pengalaman memimpin yang sangat berharga, untuk membangun Provinsi Gorontalo dua kali lebih baik.
Hal senada diungkapkan Calon Wakil Gubernur Gorontalo. Kris Wartabone, cucu pahlawan nasional Nani Wartabone. Dia menegaskan, kolaborasi pengalamannya selama 25 tahun menjadi Anggota DPRD dan dua periode Nelson Pomalingo menjadi Bupati Gorontalo, serta dua kali menjabat rektor di dua universitas berbeda, merupakan kekuatan besar untuk mewujudkan mimpi-mimpi rakyat Provinsi Gorontalo dalam mencapai kesejahteraan.
“Bukan mewujudkan mimpi-mimpi pemimpinnya, tetapi mewujudkan mimpi-mimpi rakyatnya. Karena itu yang mereka (rakyat) butuhkan,” tegas Calon Wakil Gubernur Gorontalo, Kris Wartabone ( AM).