Bolmong|mediasulutgo.com – Gerakan parlemen jalanan sejatinya lahir dari hasil advokasi yang matang.Metode ini wajib dilakukan dalam rangka menggali informasi,keinginan masyarakat serta membaca potensi-potensi konflik saat gerakan dilakukan.Jika advokasinya matang maka sudah tentu perjuangan di lapangan akan didukung penuh oleh masyarakat, namun hal ini berbeda dengan kejadian di Desa Tobayagan Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Berbekal kajian seminggu sekelompok pemuda yang tergabung dalam Organisasi Karang Taruna ini melakukan demo di Kantor Bupati Bolsel yang berada di Panango.
Tak hanya itu, demo ini pun mendapat penolakan dari warga Tobayagan. Mereka menyesali gerakan pemuda ini karena tidak sama sekali terkoordinasi dan bahkan hanya memakai persepsi mereka sendiri.
“Kami nanti tau ada demo saat melihat foto yang di unggah warga di media facebook.Dan kami sangat menyayangkan karena Demo ini membawa nama masyarakaf Tobayagan padahal kami sama sekali tidak mendukung”,ujar Vandeim salah satu warga Tobayagan.
Demo yang membawa issue penolakan Aktifitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) memang sudah sering dilakukan oleh masyarakat,namun untuk kali ini demo yang disinyalir di danai oleh pihak luar tidak mendapatkan simpati lagi dari masyarakat.
“Kalau kelompok pemuda itu murni membawa aspirasi masyarakat maka keinginan kami bukan menolak PETI tapi pembuatan jalan akses menuju ke pertambangan lama biar kami masyarakat Tobayagan tidak lagi keluar daerah untuk mencari rejeki.Pun bilamana aksi mereka betul karna lingkungan maka kenapa mereka harus ketemu dengan pihak JRBM tanpa sepengetahuan masyarakat,ada apa”,ucap abdul.
Lanjut abdul, kami menolak yang membawa bawa nama masyarakat Tobayagan mereka itu hanya memikirkan ego sendiri tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka lakukan.
“Tidak ada dukungan untuk demo tersebut,dan silahkan di cek berapa persen masyarakat Tobayagan selatan dan induk yang mendukng mereka”,tegasnya.(*)