Scroll keatas untuk lihat konten
GORONTALOHEADLINES

Cegah Radikalisme & Terorisme, Syafrudin Baderung Anjurkan Moderasi Beragama

×

Cegah Radikalisme & Terorisme, Syafrudin Baderung Anjurkan Moderasi Beragama

Sebarkan artikel ini

GORONTALO, mediasulutgo.com – Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Gorontalo menggelar Talk Show bertajuk “Sinergitas Pemerintah, Ormas Islam, Tokoh Agama dan Penyuluh Agama Islam dalam Menangkal isu Radikalisme dan Terorisme”

Narasumber pada Talk Show tersebut: Kepala Kemenag Gorontalo Dr. H. Syafrudin Baderung, S.Pd., M.Pd, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Gorontalo Prof. Dr. Hj. Ani Hasan, M.Pd dan Kasi Intel Korem 113 Nani Wartabone, Kol. Inf. Priyanto.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Sebagai salah satu narasumber, Syafrudin
menjelaskan, moderasi beragama penting sebagai modal sosial untuk menangkal isu gerakan radikalisme dan terorisme yang berkembang serta meresahkan masyarakat.

“Akar dari radikalisme dan terorisme adalah sikap hidup serta cara berfikir yang tidak moderat,” tutur Syafrudin di Aula MTs-N 1 Kota Gorontalo, Selasa (08/12).

Menurutnya, ketika cara berpikir orang tersebut sempit, maka dia akan berpotensi berfikir radikal, sampai berujung pada aksi terorisme. Semua agama, kata dia moderat, tetapi pola pikir penganutnya yang terkadang tidak moderat.

“Seluruh elemen masyarakat, penting untuk bekerja sama sebagai upaya menangkal hal itu. Tanpa kerja sama dari semua, mustahil dapat dicegah apalagi dihilangkan,” ungkapnya.

Ia berharap semua pihak sedini mungkin memberikan pemahaman kepada masyarakat. Sinergitas, kata dia bukan dibangun antara lembaga seperti Polri, TNI, BNPT, dan Penyuluh Agama. Tetapi yang penting membangun sinergi dengan organisasi masyarakat (Ormas), sebab masyarakat banyak terkonsentrasi pada ormasnya.

“Gorontalo dalam pandangan beberapa pakar, menjadi Daerah yang nyaman disinggahi dan didiami oleh kelompok radikalisme dan terorisme,” tuturnya.

Dirinya menuturkan, sifat masyarakat Gorontalo sangat terbuka menerima para pendatang. Ini, katanya menjadi salah satu keunggulan kita sekaligus kelemahan.

“Dengan sifat keterbukaan itu, kita tidak dapat mendeteksinya. Contohnya penangkapan terduga terorisme di Pohuwato,” jelasnya. (Yus).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *